Kegemaran membaca dan menulis Helvy Tiana Rosa telah digeluti sejak kecil. Perempuan yang dilahirkan dari keluarga yang gemar menulis, terutama ayahnya yang seorang penulis lirik lagu Jangan Ada Dusta Di Antara Kita. Sebuah lagu yang sangat populer yang dinyanyikan oleh Dewi Yull. Putri dari Amin Usman dan Maria Eri Susianti sering mencorat-coret di buku untuk menulis catatan harian. Kegemaran mencorat-mencoret itu terus dilakukan hingga ia duduk di bangku sekolah. Setelah tamat SMA, Helvy Tiana Rosa yang dilahir di Medan, tanggal 2 April 1970, meyelesaikan S1 di Fakultas Sastra UI jurusan Sastra Arab dan S2 jurusan Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Budaya UI. Perempuan yang sangat bersahaja telah menulis dan menerbitkan karya sastra, yang boleh dikatakan banyak, yaitu 30 buah. Beberapa karya sastra, baik cerpen maupun tulisan-tulisannya dalam bentuk esai juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Arab, Jepang serta Swedia. Beberapa karya sastra yang telah ditulis Ibu dua anak ini, antara lain, Tanah Perempuan (naskah drama, 2007), Risalah Cinta LPPH, 2005), Menulis Bisa Bikin Kaya (MVP, 2006), Matahari Tak Pernah Sendiri (LPPH, 2004), Leksikon Sastra Jakarta (DKJ dan Penerbit Bentang Budaya, 2003), Segenggam Gumam, Esai-esai Sastra dan Budaya (Syaamil, 2003), Bukan di Negeri Dongeng (Syaamil, 2003), Lelaki Kabut dan Boneka/Dolls and The Man of Mist, Kumpulan Cerpen Dwi Bahasa (Syaamil, 2002), Wanita yang Mengalahkan Setan, Kritik Sastra (Tamboer Press, 2002), Pelangi Nurani (Syaamil, 2002), Sajadah Cinta (Antologi Puisi Bersama, Syaamil, 2002), Titian Pelangi (Kumpulan Cerpen, Mizan, 2000), Hari-Hari Cinta Tiara (Kumpulan Cerpen, Mizan, 2000), Akira no Seisen/Akira: Muslim wa Tashiwa. (Novel, Syaamil 2000), Nyanyian Perjalanan, Kumpulan Cerpen (Syaamil, 1999), Hingga Batu Bicara, Kumpulan Cerpen (Syaamil, 1999), Sebab Sastra yang Merenggutku dari Pasrah. Kumpulan Cerpen(Gunung Jati, 1999), Ketika Mas Gagah Pergi, Kumpulan Cerpen (Pustaka Annida, 1999, Cet II dstnya Syaamil), Mc Allister. Novel (Moslem Press, London, 1999). Kecintaannya pada dunia tulis menulis menyebabkan Helvy Tiana Rosa mendapatkan beberapa penghargaan sastra. Dua buah cerpennya, yaitu Jaring-Jaring Merah, yang menggambarkan kehidupan dan kekerasan masyarakat di Nangro Aceh Darussalam, menjadi salah satu cerpen terbaik Majalah Sastra Horison dalam satu dekade (1990—2000). Cerpen Lelaki Kabut dan Boneka mendapat Anugerah Pena (2002). Nama Helvy Tiana Rosa yang oleh sebagian penikmat kesusastraan lebih dikenal sebagai penulis cerpen, ternyata juga piawai menulis cerpen puisi. Puisinya yang berjudu Fi Sabililah memenangkan Sayembara Penulisan Puisi tingkat nasional yang diselenggarakan Yayasan Iqra (1992) dengan Ketua Dewan Juri HB. Jassin, dan lain-lain. Di sela-sela kesibukan Helvy Tiana Rosa menulis karya sastra, ia juga pernah aktif bekerja sebagai redaktur dan pemimpin Redaksi Majalah Annida (1991—2001). Sebuah majalah bernuansa islami yang ditujukan untuk remaja. Di samping menulis puisi dan cerpen serta sebagai redaktur, ia pernah juga menulis 10 naskah drama dan menyutradai pementasan-pementasan Teater Bening. Teater Bening adalah teater yang anggotanya mayoritas perempuan. Teater ini didirikan Helvy ketika dia masih aktif sebagai mahasiswa di FSUI tahun 1990. Sebagai seorang penulis perempuan, semangat menulis Helvy Tiana Rosa tidak pernah padam. Dia menginginkan agar kegiatan menulis merupakan sebuah kegiatan seperti halnya makan. Karenanya, Helvy ingin agar di seluruh pelosok negeri ini kegiatan menulis menjadi sebiah kegiatan rutin yang harus terus menerus dilakukan. Dengan obsesinya itu pada tahun 1997, Helvy mendirikan Forum Lingkar Pena (FLP). Forum Lingkar Pena merupakan suatu gerakan fenomenal di bidang penulisan bagi kalangan muda yang ada lebih dari 125 kota di Indonesia dan mancanegara. Ia terpilih sebagai Ketua Umum FLP (1997—2005). Kapasitas dan pengalamannya sebagai ketua umum FLP, sekaligus pendirinya, Helvy Tiana Rosa secara rutin diundang memberikan ceramah dan pelatihan penulisan karya sastra keliling Indonesia dan luar negeri. Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, Hongkong, Jepang, Mesir, hingga Amerika Serikat adalah negara-negara yang sudah dikunjungi Helvy dalam memotivasi kegiatan menulis fiksi. Pengalaman lainnya yang pernah digeluti Helvy adalah Ketua Departemen Litbang Yayasan Prakasa Insan Mandiri (1997—2002), Litbang Senat Mahasiswa UI (1994—1995, dan Litbang Senat Mahasiswa FSUI (1993—1994). Karena dedikasi dan semangat yang dikobarkan Helvy dalam dunia tulis menulis membuat surat kabar Tempo menyebutnya sebagai “Lokomotif Penulis Muda Indonesia. Tidaklah mengherankan, jika Helvy Tiana Rosa kemudian mendapat penghargaan atas dedikasi dan prestasinya di dunia penulisan. Penghargaan dari Tabloid Nova dan Mentri Pemberdayaan Perempuan RI pada tahun 2004 pernah diterimanya. Selain itu, pada tahun yang sama pula, Helvy pernah mendapat Ummi Award dari Majalah Ummi. Penghargaan lainnya yang pernah diterimanya adalah sebagai Muslimah Berpretasi versi Majalah Amanah (2000) dan Muslimah Teladan versi Majalah Alia (2006). Dan, pada yang sama pula, yaitu tahun 2006, Helvy terpilih sebagai Tokoh Perbukuan Nasional IBF Award yang diadakan IKAPI. Kesibukan sehari-hari Helvy Tiana Rosa, selain sebagai pengarang adalah dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Jakarta. Istri dari Tomi Satryatomo, yang bekerja di Media Televisi dan bunda dari putra peyair Abdurrahman Faiz dan Nadya Paramitha ini pernah menjadi Anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (2003—2006). Sampai sekarang Helvy, sang pendiri Forum Lingkar Pena masih diamanatkan sebagai Ketua Majelis Penulis FLP, dan sejak 2006 menjadi Anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). | | |