Kok Percaya?

Menyambung tulisanku tentang Adam Air...
Seperti biasa, saat menulis dalam bahasa Indonesia, itu berarti, dengan berat hati aku sedang bercerita tentang satu lagi hal memalukan dari negeri ini. :(

Sudah hampir seminggu Adam Air hilang, dan aku sempat dengan leganya menulis bahwa Adam Air sudah ditemukan. Untung saja di Adam oh Adam aku menulis dari mana aku mendapat informasi itu...jadi semoga aku tidak terlibat dalam kebohongan paling memalukan di awal tahun ini.

Hari itu ribuan orang jadi saksi pernyataan-pernyataan PeDe para pejabat, yang menyatakan Adam sudah ditemukan. Mulai dari yang bilang kalau kondisi pesawat mengenaskan, sampai yang menyatakan bahwa ada 90 korban meninggal dan 15 lainnya hilang, bahkan sampai ada cerita bahwa jenazah para korban masih bisa dikenali.

Siaran radio pada hari itu seharusnya jadi salah satu siaran radio yang sulit dilupakan oleh banyak orang, siaran yang melegakan banyaknya hati yang jadi lega mendengar kabar terbaik dari sebuah kabar buruk... Semua orang yang mencintai pasti lebih memilih melihat jenazah orang yang dicintainya, daripada merasa kehilangan dan terus bermimpi dia belum benar-benar pergi.

Sayangnya, berita-berita hari itu jutru jadi dikenang sebagai kebohongan terburuk di awal 2007.
Semua telah menunggu kedatangan tim evakuasi membawa kabar dan jenazah para korban. Semua telah pasrah,
"sudahlah kalau dia meninggal, yang penting kita bisa melihatnya, lalu memakamkannya dengan layak... "

Semua berharap, 15 orang yang terkatakan hilang (namun diperkirakan masih hidup) itu adalah orang-orang terkasihnya...

Seperti yang dibilang para pejabat Republik BBM semalam, kayanya memang betul deh, piala-piala Citra yang dikembalikan itu diberikan saja pada para pejabat PeDe yang pintar mengarang skenario dan berakting, buat menghargai bakat-bakat mereka, sekaligus memotivasi mereka untuk beralih profesi di jalur yang seharusnya.

Kalau perlu, bikin saja lembaga yang menganugerahkan piala Citra tandingan: Piala Citra Buruk. Hum, pasti para juri bingung menentukan pemenang...

Drama hari itu, dengan 4 ibu jariku terangkat, kuakui sebagai skenario dan akting paling meyakinkan yang pernah kuketahui. Efeknya pun sesempurna pakem cerita drama klasik: bitter sweet sensations, sensasi pahit, tapi membuat para penonton aksi itu bersyukur, bahwa mereka bukan tokoh-tokoh dalam lakon itu...

Kalau sampai hari ini masih ada orang yang bertanya, "kok bisa sih, percaya?"
Aku cuma punya satu jawaban: Hari itu, aku masih di tingkat kepercayaan yang tinggi pada para pejabat yang berwenang dalam proses pecarian Adam.
Hari ini, pastilah komentar skeptis yang terlontar duluan bila aku mendengar berita yang sama.

Ah, rupanya para sesepuh itu perlu diingatkan lagi pada pepatah tua: "Sekali lancung ke ujian, seumur hidup...." (teruskan sendiri, ya :p)
Nah, kalau sudah seumur hidup orang ngga percaya, apa ya mereka masih layak menjabat lama-lama?

Sepertinya mereka harus ikut Opspek Sastra Undip angkatan 1997. Setidaknya di sana orang-orang belajar, "katakan kebenaran meskipun pahit"!