Yuk, Nulis! Menemukan Ide

Oleh Gola Gong

"Kalau ingin menjadi pengarang, pergilah ke tempat yang jauh, atau merantaulah ke negeri orang. Lalu tulislah pengalaman-pengalaman yang didapat.“ (W. Somerset Maugham)

***

Kalimat sakti di atas saya temukan ketika masih usia SMA, di era 80-an. Betulkah hanya dengan pergi ke tempat yang jauh, saya bisa jadi pengarang? Secara genetik, saya tidak memiliki darah pengarang seperti Andrei Aksana dari dinasti Pane, misalnya. Ayah saya seorang guru olahraga dan Ibu tumbuh dari keluarga petani. Tapi keinginan saya jadi pengarang sangat menggebu-gebu.

PRAKTEK
Saya memulainya sejak kecil dengan gila menonton dan membaca buku. Di usia sekolah dasar, saya sudah membuat sandiwara radio dengan tip merek transistor 2 ban. Di SMP membikin komik silat. Dan di SMA memproduksi majalah kumpulan cerpen serta mengirimkan puisi ke beberapa majalah di Jakarta. Untuk menambah wawasan, saya kuliah di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, walaupun hanya bertahan sampai di semester V (1982 – 1985). Ternyata ketika sudah banyak mengenal teori, saya memilih ingin sesegera mungkin mempraktekkannya.

Saya juga sudah tercekoki oleh novel “Mengelilingi Dunia dalam 80 Hari” karya Jules Verne, sehingga terobsesi mengunjungi delapan keajaiban dunia seperti Borobudur, Eifel, Pisa, Tembok Cina, Niagara, Piramida-Sphinx, dan Taj Mahal, sehingga saat kuliah pun semakin terbakar saja hati ini. Saya merasa, jika bisa mengunjungi tempat-tempat hebat itu, bisa juga menuliskan karya fiksi. Maka saya sangat ingin membuktikan mantra W. Somerset Maugham itu. Saking kebeletnya, saya tinggalkan bangku kuliah. “Sorry, guys! Saya ingin jadi pengarang! Maka goodbye teori! Kini saatnya praktek!”

Saya sudah mengunjungi beberapa karya hebat manusia; Borobudur, Taj Mahal, Piramida, dan Spinx. Atau karya-karya lainnya, seperti Pagoda di Thailand, Golden Temple di Sikh, Amristar, India., dan menatap puncak gunung Himalaya di Nepal. Dua novel berlatar tempat Thailand dan India ; Bangkok Love Story dan Surat diterbitkan Gramedia, serrta “Kusunting Dikau di Sungai Nile” sedang saya garap.

STIMULUS
Bagi penulis pemula, kesulitan awal adalah bagaimana caranya bisa menemukan ide dan menuliskannya. Di setiap Minggu sore, saya mengajar di Kelas Menulis Rumah Dunia kepada para pelajar dan mahasiswa yang ingin bisa menulis berita dan feature (wartawan), menulis fiksi; cerita pendek dan novel (pengarang), serta skenario TV (script writer). Sedangkan di Jum’at pagi, saya mengajar menulis di SMA Unggulan Cahaya Madani Banten Boarding School. Selalu saya katakan kepada mereka yang hendak memasuki dunia kepengarangan, bahwa janganlah duduk di tempat komputer dengan kepala kosong, karena itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Ketika hendak menulis, persiapkanlah dulu semuanya. Bahan-bahannya; sinopsisnya. Syukur-syukur jika sanggup secara detail; alur cerita, konflik, latar tempat, dan karakter para tokoh. Itu yang saya sebut sebagai pra-poduksi. Ketika menulis, berarti saya sedang berproduksi. Menulis cerita pendek atau novel, bagi saya tetap harus ada nilai ekonomisnya, karena itu bagian dari industri.

Kelas Menulis Rumah Dunia sudah bergulir 6 angkatan sejak 2002. Setiap angkatan memakan waktu 3 sampai 4 bulan. Rata-rata kesulitan awal mereka adalah “ide” dan “bagaimana menuliskannya”. Mereka ingin bisa menulis cerpen dan novel dalam waktu cepat. Saya katakan kepada mereka, waktu 3 bulan adalah pengenalan teori. Mereka harus gigih belajar dan bersabar. Dibutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk bisa menulis novel. Itu pun jika tekun mengikuti stimulus-stimulus sebagai bagian dari proses kreatif, yang saya siapkan di Rumah Dunia untuk mereka; membuat jurnal, mengadakan diskusi buku, jumpa penulis, menghadiri launching buku, serta memprakarsai kegiatan kesenian, kebudayaan, dan pendidikan. Hal-hal yang pernah saya lakukan sebelum jadi pengarang. Saya katakan kepada mereka, isi kepala kalian dengan berbagai hal. Dengan begitu, kalian akan punya “bensin” saat menulis nanti!

Proses kreatif awal yang saya berikan kepada para calon penulis di Kelas Menulis Rumah Dunia, adalah memperkenalkan dunia jurnalistik selama 1 bulan. Pada tahap kedua, saya mengenalkan kepada mereka, bahwa teori-teori jurnalistik dengan unsur berita (5W + 1 H) bisa diterapkan ke dalam penulisan fiksi. Ketiksa saya tanyakan kepada mereka, pernahkah berpergian jauh? Jawaban mereka seragam; hanya berkutat dari rumah ke sekolah/kampus. Pertanyaan lainnya, “Apakah membaca buku?’ Rata-rata sesekali saja membaca buku. Wawasan juga adalah hal penting untuk mempersiapkan diri kita, jika ingin menjadi penulis (fiksi).

Beberapa peserta angkatan pertama Kelas Menulis Rumah Dunia, dengan sangat gigih melewati stimulus-stimulus yang saya berikan, pada tahun kedua berhasil membuat antoloji cerpen “Kacamata Sidik” (Senayan Abadi, 2004). Bahkan Qizink La Aziva menulis novel “Gerimis Terakhir” (Dar! Mizan, 2004) dan Ibnu Adam Aviciena dengan “Mana Bidadari Untukku” (Beranda Hikmah, 2004). Sampai angkatan kelima, cerpen-cerpen dan essay mereka bertebaran di beberapa majalah Jakarta dan koran lokal. Tiga antoloji cerpen dari penulis angkatan pertama sampai kelima dipajang di rak-rak toko buku; Padi Memerah (MU3, 2005), Harga Sebuah Hati (Akur, 2005), dan Masih Ada Cinta di Senja Itu (Senyan Abadi, 2005). Kini dua peserta angkatan pertama; Qizink La Aziva dan Ade Jahran, merintis karir sebagai wartawan di koran lokal. Yang paling membanggakan dari kelas menulis angkatan pertama; Endang Rukmana menyabet UNICEF AWARD 2004 dan Adkhilni MS menggondol IKAPI AWARD 2004.

BUKU HARIAN
Untuk terus menjaga naluri atau rasa kepenulisan, sejak masih usia sekolah saya selalu menyempatkan menulis apa saja di buku harian. Tentang hujan (latar suasana), keindahan sebuah kota (latar tempat), sahabat kita (latar watak/karakrer), cerita teman-teman di sekolah atau kampus (plot/alur cerita). Dengan cara itu, saya membiasakan diri melatih dan mengolah kata. Kalau tidak dibiasakan begitu, bagaimana saya bisa menemukan kosakata-kosakata baru? Pada situasi seperti ini, membaca adalah menu yang lain. Ismail Marahimin (Menulis Secara Populer, Pustaka Jaya, 1994) dengan sangat tepat menganalogikan, bahwa membaca memberikan berbagai-bagai “tenaga dalam” saat menulis. Ibarat mobil, bensin adalah tenaga dalamnya. Jadi, membaca adalah sarana utama menuju kepiawaian menulis. Di setiap kesempatan workshop menulis, saya selalu menyarankan kepada orang-orang, agar rajin membaca dan membiasakan diri menulis buku harian. Resep itu sudah saya buktikan sendiri keampuhannya.


Puisi-Puisi Santri

Ramadhan Bulan Suci Kami
Oleh: Arom (VIIA)

Ramadhan…
Engkaulah bulan suci umat Islam
Di saat itu kami berpuasa

Ramadhan…
Bulan yang paling mulia antara bulan-bulan lain
Di saat itu semua dosa dihapus

Ramadhan…
Mengapa engkau hanya muncul sekali dalam setahun
Seandainya engkau muncul tiga atau empat kali pada setiap tahun
Maka semua umat Islam akan terampuni dosanya

Ramadhan…
Di mana syaiton-syaiton dibelenggu dari Subuh sampai Maghrib




Ramadhan
Oleh: Yufi (VIIA)

Ramadhan…
Adalah bulan menuju kemenangan
Di mana aku menahan lapar
Menahan haus dan nafsu
Di situlah aku mendapatkan berkah
Dan pahala

Ramadhan,
Engkaulah bulan yang aku nantikan



Ramadhan
Oleh: Chandra (VIIA)

Bulan yang penuh rahmat
Oh…itulah bulan Ramadhan
Penuh ampunan, rahmat, hikmah, dan berkah
Sangat istimewa dibanding yang lain
Ramadhan mempesona
Kau sangat dinanti umat muslim
Untuk tingkatkan ibadah
Agar masuk surga



Ramadhan
Oleh: Fahmi al Fatih (VIIA)

Bulan yang penuh dengan kemuliaan
Dan pahala telah datang
Mari kita sambut dengan gembira
Dan kita siapkan jiwa raga kita

Kita lalui dengan kebaikan
Bila puasa di bulan Ramadhan
Insya Allah akan sehat
Mari kita lalui dengan semangat
Allahu Akbar!




Ramadhan
Oleh: Musthofa (VIIA)

Ramadhan bulan yang penuh rahmat
Bulan diampuninya segala dosa
Bulan yang lebih baik dari seribu bulan
Bulan diturunkannya Al Quran

Ya Allah, berkahilah kami di bulan Ramadhan




Ramadhan
Oleh: Ilham (VIIA)

Ramadhan…
Bulan yang suci
Bulan yang penuh dengan ampunan
Bulan Ramadhan mendidik hawa nafsu kita
Dan kedisiplinan
Banyakkanlah ibadah di bulan suci ini
Agar mendapat pahala dan berkah




Ramadhan
Oleh: M. Rifki Nurrohman (VIIA)

Ramadhan adalah bulan yang indah
Penuh kebaikan
Ramadhan bulan yang suci
Mari kita sambut dengan bahagia



Ramadhan
Oleh: Hanif Satria (VII)

Bulan suci yang kita tunggu sudah datang
Bulan yang penuh berkah
Di siang hari yang panas kita menahan hawa nafsu
Di malam hari yang dingin kita bermunajah
Untuk mendapatkan ridho-Nya
Tiga puluh hari yang berat kita lalui
Keesokan hari kita ke masjid
Tuk laksanakan sholat Ied
Sesudah itu kita bermaaf-maafan ke semua keluarga
Dan ke semua orang yang kita sakiti




Refleksi
Oleh: Bu Irma

Sunyi menapaki mimpi
Bisu mengeja waktu
Kau tarikan tasbih
Di lembar sajadah air matamu
Sekejap sekat demi sekat tersingkap
Nun jauh meriuh di sisi jiwamu
Tangisan darah bocah-bocah
Di antara mujahid mujahidah
Menadah dentum-dentum meriam
Memekak pilu di antara pekik sang waktu
Tak kan usai kedengkian itu

Guru

Oleh Nabella Nurfaiza


Ketika kumelihat wajahmu dari sudut pintu
Hatiku berucap terima kasih guruku
Kau bagaikan penerang yang menyinari
Ruangan hampa

Air

Oleh Nabella Nurfaiza


Ku terkesan dengan sebuah air
Yang kelihatannya kecil
Tapi dia berharga bagiku
Ketika kumandikan diriku dengan air
Rasanya seakan-akan tenang
Semua beban hilang
Dia juga membersihkan diriku
Yang semula kotor menjadi bersih
Andai ada air bisa memandikan hatiku
Agar hatiku bisa menjadi bersih
Aku sekarang tahu jawabannya
Air itu adalah taubat

Penglihatanku

Oleh Nabella Nurfaiza


Di alam maya ini
Ku berjalan menelusuri kota-kota
Ku melihat pemandangan indah
Seakan hatiku merasa jernih
Hatiku tenang
Tetapi sebaliknya
Ketika ada insan-insan
Yang melanggar janji kepada-Nya
Seakan-akan
Mataku menjadi buta
Tak dapat kulihat apa-apa
Hati pun buta melihatnya
Aku pun bertanya-tanya
Rugikah hidup mereka

Nabiku

Oleh Zahra


Hati bergetar
Degup jantung berdebar
Kala indah cahaya surya kala pagi menjelang
Kalahkan elok rupawan sayap kupu-kupu terbang
Insan sempurna.....
Al Amin ciri utamanya
Nabi besar nan mulia
Rahmat seluruh alam semesta
Insan mengugguli setiap ciptaan-Nya
Beliau Ahmad
Lelaki pembawa rahmat
Wasilah agung setiap umat

Televisi

Oleh Zahra


Kau mengutip seluruh berita
Dari seluruh celah di dunia
Politik, sosial, ekonomi, budaya, dan olah raga
Dari yang jenaka hingga raja tega

Tapi kini kau mulai berbeda
Melepas tayangan yang tak pantas
Meresap cepat dalam benak pemirsamu
Melahirkan generasi baru, dengan kehidupan semu

Generasi Islam hendaknya waspada
Memilah dan memilih setiap acara
Jangan tertipu akan keajaiban kaca
Membuat hati menjadi buta

Mari kawan kita sepakat dan satukan tekad
Bentengi diri dengan Islam dan iman
Kawan...
Perjalanan kita masih panjang lewati barzah dan mizan
Senantiasa mengharap bimbingan Tuhan
Agar kita selamat dari tipuan setan

Penyejuk Jiwa

Oleh Ayuningtyas Risdiani (VII B)


Kala hati sedang rindu
Rindu akan sosok-Mu
Kuambil sebuah buku hijau
Buku penyejuk hati
Dengan alunan ayat-ayat indah

Kubaca dalam kesunyian malam
Yang belum terlalu senyap akan aktivitas
Kubaca kata demi kata
Ayat demi ayat
Seketika hati terasa tenteram
Kegalauan pun mulai sirna
Dan ketenangan pun merasuk dalam sanubari

Kala kututup buku ini
Hati serasa terlindungi
Namun...
Jiwa ini mulai rindu
Menyenandungkan ayat-ayat cinta-Mu

Setelah Ramadhan

Oleh Zahra


Ramadhan telah berlalu
Menyisakan sebersit rasa rindu
Rasa rindu di hati nan syahdu
Melebihi indah bulan seribu

Setelah menjalani bulan penuh berkah
Tibalah sebuah perayaan megah
Perayaan yang suci nan indah
Sejuk di hati bagaikan mawar disinari cahaya mentari dan cerah
Ialah hari raya kita semua
Hari raya Idul Fitri tentunya
Menyerukan suara takbir yang menggema

Allahu Akbar...... Allahu Akbar...... Walillahilkham
Terimalah segala ibadah hamba
Agar usaha hamba tidak sia-sia
Menjadi orang yang selalu bertaqwa
Istiqomah dalam kehambaan-Nya


Gadis Kecil Itu

Oleh Ayuningtyas Risdiani (VII B)


Lamunannya memang begitu sederhana
Tak setinggi gadis kecil lain
Hanya mengharap sebuah asa
Yang tak ia dapatkan selama ini

Gadis kecil itu...
Menanti sebuah kepastian
Kepastian akan hidupnya
Hidup yang selalu membuatnya terikat

Berharap dan berharap
Kapan hidup ini berpihak padanya
Kapan hidup ini bisa membuatnya tersenyum
Tak seperti sekarang
Selalu berkelahi dengan waktu

Bersekolah...
Mungkin terdengar hal yang lumrah
Setiap orang bisa memperolehnya
Namun tidak dengan gadis kecil ini
Itu bagaikan sebuah angan semu semata baginya

Di ruas kota metropolitan
Ia masih menanti
Bersama gitar kecil di tangannya
Berharap asanya akan terwujud
Bersekolah...


Doa

Oleh Ayuningtyas Risdiani (VII B)


Saat kedua mata terpejam
Merenungi arti sebuah kehidupan
Kehidupan yang hanya terhitung semu
Dengan berjuta magnet penariknya

Kubersimpuh
Meminta sebuah kekuatan
Dari penyebab kebatilan dan jalan yang sesat
Dari penyebab kerapuhan moral bangsa
Kuatkanlah imanku
Untuk menentang alur kemaksiatan
Lapangkanlah pula rizqi
Dan berilah aku kebahagiaan dunia akhirat
Inilah doa seorang hamba
Yang ingin menjadi kekasih-Mu

Ya Allah...
Hanya kepada Engkau aku bergantung
Dari perbuatan yang Kau murkai
Atas kuasa-Mu aku terlahir
Dan hanya kepada-Mu aku kembali

Buku

Oleh Irmawati Sn (VII)


Buku
Engkaulah temanku
Kau selalu memberi ilmu kepadaku
Setiap saat aku membukamu
Tanpamu aku tak bisa mendapatkan ilmu
Kau adalah teman terbaikku
Kau telah membantuku mencari ilmu
Terima kasih...engkau memang sahabatku

Sepiku

Oleh Irmawati Sn (VII B)


Suara terompet berada di mana-mana
Menyambut tahun yang baru
Semua orang pergi memenuhi jalan
Melakukan pawai tak tentu

Aku hanya duduk di rumah
Tak ada terompet...
Tak ada kembang api...
Tahun baru...
Bukanlah saatnya bersenang-senang
Tetapi...
Saatnya kita merenungkan
Perbuatan kita satu tahun yang lalu
Untuk memperbaikinya
Di tahun yang akan datang

Ibuku Pahlawanku

Oleh Adi S. (VII B)


Ibu, engkaulah pahlawanku
Engkaulah yang telah mengandung
Melahirkan dan membesarkan aku
Dengan segala cinta kasihmu...

Ibu, engkau orang yang paling aku cintai
Orang yang paling aku sayangi
Dan orang yang paling aku hormati

Ibu, engkaulah pahlawanku
Engkaulah orang yang paling berjasa
Dalam hidupku setelah ayah tiada
Ibu, aku cinta padamu
Selamanya...

Sampai kapan pun

Guruku

Oleh Aufa (VII A)


Guruku
Betapa kerasnya engkau membantu kami
Engkau berjuang dengan sekuat tenaga
Engkau sangat berjasa

Wahai Bu Irma
Jasamu sangat besar
Hingga kami menguasai bahasa Indonesia
Tanpamu aku tak bisa begini
Tak bisa mengerti banyak hal
Meski sering kami membantahmu
Tapi dengan ikhlas Engkau maafkan

Terima kasih guruku
Ya Allah jagalah guruku ini
Masukkanlah guruku ini ke dalam surga-Mu
Karena jasa-jasanya yang besar
Dan karena kemaafannya aku bisa begini

Ayah

Oleh Iza Ilzamul Akbar (VII A)


Di mana akan selalu kuingat
Di sini aku menangis seorang diri
Apakah hatiku masih ada di hatimu
Untukmu selalu kupanjatkan doa

Untuk ayah yang kukagumi
Betapa aku ingin bertemu denganmu
Tapi semua itu hanyalah harapan
Harapan yang tak mungkin hilang dari hatiku

Ayah...
Akan kuukir indah namamu
Di atas hatiku

Guru

Oleh Iza Ilzamul Akbar (VII A)


Jasamu takkan kulupakan
Walau di akhir zaman
Semua yang tlah Kau berikan
Akan selalu kukenang

Guru...
Kucoba tuk memahamimu
Memahami keadaanmu
Suara pelan
Tak jadi halangan tuk mengajariku

Pengorbananmu sangat berarti
Kau menuntunku ke arah yang baik
Kutaruh semua isi hatiku
Untuk kebaikan yang berarti...
Terima kasih


Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Oleh Iza Ilzamul Akbar (VII A)


Guru....
Kau yang mengajariku tentang hidup
Kau yang telah memberikanku ilmu
Ilmu yang selama ini kucari

Guru...
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Pahlawan yang membuat Ibu Pertiwi bangga
Yang menerangi jalanku

Kau tak kenal lelah untuk mengajar
Memberikan ilmu kepadaku
Walau rintangan membentang
Kau tak pernah patah arang

Diriku ini seperti gelapnya malam
Tapi, kau datang memberikan sinar cahaya
Karena semangatmu itu
Yang membuat diriku bangga padamu


Memang Sombong Diriku Ini

Oleh Chandra Achmad Fauzi (VII A)


Manusia
Hal yang paling kecil di alam semesta
Apalagi di mata Tuhan
Kita tidak lebih dari setitik debu
Tapi, banyak orang sombong, kikir, pelit

Berkeliaran di dunia ini
Seakan lam semesta milik sendiri
Tanpa menghiraukan yang lain
Jika nyawa dicabut, nafas dihentikan
Mungkinkah kita akan mengelak
Dari itu semua

Yang diatur oleh Yang Mahakuasa
Tanpa pertolongan-Nya, kita takkan bisa hidup
Bertaubatlah sekarang
Sebelum Dia murka
Dan mencabut nyawa kita

Ujung Bambu yang Saling Menyapa

Oleh Chandra Achmad Fauzi (VII A)


Saat kulihat keluar jendela
Kutatap pohon-pohon bambu
Warna hijau yang sangat indah
Angin sepoi pun bertiup
Membuat batang itu bagai bergoyang
Ujung bambu saling berdekatan
Bagai menyapa satu sama lain
Andaikan kita semua seperti itu
Berdekatan untuk saling menyapa
Bukan memaki
Alangkah indah dunia ini


Untuk Sahabat

Oleh Chandra Achmad Fauzi (VII A)


Sebuah kata yang tak terlupakan
Mengingatkanku dengan seseorang
Yang sangat kubanggakan
Seseorang yang bisa kuajak bicara

Bercanda dan berbagi pengalaman
Selalu setia menemaniku
Saat suka maupun duka

Dialah yang menghiburku
Membuatku tertawa lagi
Dialah yang membuat hidupku berarti
Itulah sahabatku

Penerang dalam Kegelapan

Oleh Chandra Achmad Fauzi (VII A)


Bagai api yang membara
Kau berikan semangat pada kami
Awalnya aku tak tahu apa-apa
Begitu bodoh dan hanya bisa menangis
Tapi, karenamu aku tahu segalanya
Kaulah lilin dalam jalan gelapku
Menerangi setiap langkah hidupku
Dengan apa yang kau berikan padaku
Aku takkan bisa membalasmu
Walau sampai akhir hidupku

Resensi Kumpulan Cerpen Fantasi: Kisah-kisah Beedle Si Juru Cerita

Penulis: J.K. Rowling

Penerjemah: Nina Andiana & Listiana Srisanti

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: I, Maret 2009

Tebal: 144 halaman

ISBN: 978-979-22-4421-2

Nilai: **

Harga, sebagai komponen yang cukup penting dalam pembelanjaan buku [khususnya para pemburu diskon seperti saya], boleh jadi membuat Anda melotot ketika mendapati buku yang disemati bandrol Rp 50.000,00 ini. Pasalnya kecuali berformat hardcover, karya J.K. Rowling satu ini relatif tipis dan hanya berisi lima cerita pendek. Namun tidak menjadi masalah tentunya bagi para penggemar serial Harry Potter, terlebih di sononya The Tales of Beedle the Bard semula dicetak sangat terbatas. Hanya tujuh eksemplar, ditulis tangan dan dibubuhi ilustrasi oleh sang pengarang sendiri. Menembus angka £1.95 juta saat dilelang tahun 2007 – harga tertinggi untuk karya sastra modern, buku ini diterbitkan untuk umum dan seluruh royaltinya digunakan untuk sumbangan The Children’s High Level Group.

Kelima kisah yang dimuat dalam buku ini relatif sederhana dan masih cocok untuk dibaca anak-anak usia pra remaja. Banyak pelajaran yang dapat direngkuh, semisal betapa berbahayanya keserakahan sehingga mendatangkan maut [Kisah Tiga Saudara, hal. 117] dan ketidakpedulian pada penderitaan sesama yang menyebabkan seorang penyihir muda tidak tenang setiap harinya [Sang Penyihir dan Kuali Melompat, hal. 23]. Memang bukan dongeng biasa yang sekadar memberikan reward and punishment atau akhir bahagia selama-lamanya. Yang paling saya sukai adalah Air Mancur Mujur Melimpah [hal. 45] karena mengandung hikmah besar bahwa jawaban setiap persoalan sebenarnya ada dalam diri sendiri.

Saya bukan penyuka Harry Potter dan tidak membacanya pula, sehingga catatan Profesor Dumbledore lebih sering dilewatkan. Meski demikian, ide kreatif J.K. Rowling dan upayanya untuk mengumpulkan donasi bagi anak-anak yang terabaikan di panti asuhan layak diapresiasi positif. rujukan dari sini