Dreaming...

Have you ever said to yourself, "I've never thought that I could...."?
Almost everyday in my life, now I say that to myself. I feel blessed. I feel thankful. My childhood dreams come true, and I'm waiting for th other dreams to come true too...

the mugs that fit my life motivation. I found them in the production house where I record my voice for a reality show :)

Today you might hope for something that looks impossible, but I learned that when we keep the hopes and dreams, let them crystalized in my mind, the crystal will reflect all the lights around me to shine on my way, guiding me to my destination...

Idul Fitri...

Idul Fitri or Lebaran are the popular terms in Bahasa Indonesia (Indonesian Language) that refer to Eid El Fitri. We celebrate this glorious day after we accomplish the (hard) duties of dealing with our passions during Ramadan.

Eid el Fitri is the biggest religious event in Indonesia, the country with more than 80% moslem population. Different tribes in Indonesia that spread in more than 17,000 islands of the archipelago celebrated this special day in various cultural events, and here I share a little story of the Eid El Fitri in my hometown, Semarang, Central Java.

Eid is the moment when families are reunited, when people comes back to their hometown, thus the roads in the big cities are empty, and villages become alive with the people who returns..

Early in the morning, as the praises to Allah, our beloved God filled the air, the moslems walked to the mosques or open spaces to have the Eid prayer. That is the view I always miss, when thousands of people bow, pray, in sincere devotion... the prayer then continued with the Eid message, mostly the message of peace, forgiveness and brotherhood.


listening to the Eid message in a part of women section in Central Java Grand Mosque...

Then, we come back home. The traditional food await us on the table. Ketupat, the rice that is wrapped in coconut leave shells then cooked for 3 hours, opor ayam or a kind of chicken curry and sambal goreng, a dish made of potato, meat and a lot of CHILI :p, and kerupuk udang or potato chips are the dishes that you can find in almost every home in Semarang on that day. If you asked me about the taste, I only have a word about it: "YUMMY"!

clockwise: kerupuk udang, opor ayam, sambal goreng, ketupat

Last Eid I prayed in a new beautiful place in Semarang: Masjid Agung Jawa Tengah, or Central Java Grand Mosque. Below is a shot I took from the third floor, the beautiful architecture and the prayers...

a corner of Central Java Grand Mosque, after the Eid prayer

Eid is the time for establishing better relations with others. It's the time when you meet people that you don't usually meet, time to admit the mistakes, and ask for forgiveness. In Java we call it silaturahmi, and silaturahmi is identical to "sungkeman" tradition, where "sungkem" is a type of very respectful hand-shaking with the people that we respect, to ask for the good wishes, forgiveness and to show our respect to them. Silaturahmi is everywhere in town, when neighbours visit the neighbors, or when the important people in government, including our president, offer the open house and welcome their people.

I let myself drawn in the crowd of journalists after my prayer, to get the pictures of the Governor of Central Java, in the queue where thousands of people were waiting for their turn to greet our Governor and do a little silaturahmi. I was lucky to spot a man doing "sungkeman" to the governor with all his respects...

sungkeman to Governor

There are still many facets of the Eid that I haven't covered in this simple story. For me there are just so many beutiful things about this glorious happy day, the free feeling of forgiveness, brotherhood and friendship.

I love that feeling, and I think, that is why I always miss Eid El Fitri... :)

Eid Mubarak!

Grab the veils, this morning I was ready for the Eid prayer. Felt a blue feeling... this year's Ramadan was not easy for me, world is just too full of sweet temptations...

Yet this morning my heart was moved to see the crowds heading to the grand mosque of Central Java. More than 50,000 muslims, in all colors devoted their morning to have the Eid prayer there...
crowds in Grand Mosque this morning

Morning was beautiful with tender sunshine. Clear sky. I wish I would be given the chance to clear up my life from cries, hatred, jealousy... Fill my life with love and tenderness. Live beautifully and peacefully as the bright sky in my hometown this morning.

Me, at the atrium of the Grand Mosque

Eid Mubarak, my beautiful universe... my brothers and sisters, my families... Selamat Idul Fitri... :) May forgiveness be the light to our heart...

Ada Saatnya, Hidupku Berwarna...

Hi, I'm back!
12 hari memang pendek, tapi hari-hari di Jepang kemarin adalah hari terindah yang pernah kulewatkan di sana. Mungkin karena aku sudah semakin dewasa, mungkin juga karena di sana aku bertemu teman-teman yang luar biasa, bicara dalam satu "bahasa", punya minat dan isi kepala yang serupa... Kami sangat serius saat berdiskusi atau menyiapkan presentasi tentang kegiatan-kegiatan sosial yang mungkin kami laksanakan setelah pulang, tapi juga kami menikmati hidup dan persahabatan. What a wonderful moment!
Tahun ini aku benar-benar bisa memanfaatkan waktu yang kupunya, diantara padatnya jadwal meeting, diskusi atau drafting, ternyata bisa juga aku menyelinap malam-malam buat menjelajah sisi lain dari Tokyo, Gifu dan Nagano.
Jepang, seperti yang telah banyak diceritakan, adalah melting pot kehidupan ultra modern dan penghargaan terhadap keselarasan alam dan kebudayaan. Di sudut-sudut kota megapolitan lampu-lampu neon di billboard ngga pernah berhenti menyala, seiring sesaknya trotoar oleh para fashionistas yang menikmati malam selepas sibuknya hari-hari kerja mereka. Aku selalu baru sempat keluar dari National Youth Center atau ANA Hotel Tokyo setelah jam sebelas malam, berlarian di subway, mengejar kereta yang berakhir jam operasionalnya jam 12 malam, untuk sekedar menikmati malam di Shinjuku...
Shinjuku!

Adriene (Malaysia), Asri (Indonesia dong..), Vien (Laos).. hum, ini jalan apa ya?

yang jelas ini tempat shopping anak-anak muda, jauh lebih murah dari Shinjuku, 4 stasiun dari Sangubashi gitu deh...

Di sana juga aku bertemu dengan teman-temanku, berjalan-jalan di tempat yang pernah kami kunjungi beberapa tahun yang lalu, dan mengenang tahun-tahun yang terlewat...

Ate (Laos), asri (Indonesia), Sue (Japan).. Tokyo Tower by 11 p.m.!

Di hari-hari yang lain, setelah gemerlapnya Tokyo, kami juga diajak ke akar budaya Jepang. Di bawah ini adalah rumah kuno di desa Shirakawa, Gifu Prefecture, sebuah desa kuno dengan rumah-rumah Wada dan Gassho yang berusia lebih dari 400 tahun. Desa ini dijadikan sebagai salah satu World Heritage oleh UNESCO, dan benar-benar dilindungi kelestariannya oleh masyarakat Jepang... Sebetulnya Indonesia juga punya banyak situs budaya seperti ini kan? lihat saja, pemukiman suku Baduy, atau Rumah Tradisional suku Sasak...

Asri dan Wada House, Shirakawa, Gifu.. Aku baru 27 tahun, dan rumah ini 450 tahun! hauuu... :))

Di hari yang lain, 30 menit sebelum pertemuan dengan local NPO yang dikelola oleh para manula di Takayama, Gifu, kami "menghilang" di sela ramainya arak-arakan pawai festival musim gugur...

Lost in Translation? :)

Di sepanjang jalan masih terlihat kuil-kuil yang dipenuhi sesaji, ucapan terimakasih para petani kepada Dewa Bumi dan dewa panen yang melimpahkan hasil panenan mereka...

Kuil Panen mungil di Takayama, Gifu

Di hari yang lain, kami belajar tentang "Wisdom of Nature", Kebijakan Alam, di sebuah hutan yang dikelola oleh NPO setempat, yang menyebutnya sebagai Healing Forest, atau Hutan yang menyembuhkan segala penyakit... Sedikit cerita, kami mendapat penjelasan mengapa saat berada di dalam hutan tubuh kita terasa segar. Ternyata ini karena jutaan tahun yang lalu nenek moyang kita hidup di hutan-hutan yang masih berudara murni, dan rantai-rantai DNA manusia merekam memori menyenangkan itu, mewariskannya kepada kita, menumbuhkan rasa keterikatan pada alam, sampai saat ini...


Di Healing Forest, Nagano

Melting pot yang sesungguhnya, yang menyatukanku dengan berbagai bangsa adalah tempat menginap favoritku: National Youth Center, alias Tokyo Memorial Olympic, penginapan buat atlet dan para pemuda, yang terbagi dalam berbagai blok, berisi kamar-kamar mungil, common rooms, public bathroom, kafetaria dan kafe dengan atmosfer yang bersahabat, dan puluhan ruang pertemuan dimana kami berdiskusi, atau merayakan pesta-pesta kecil...

NYC Tokyo

Di Reception Hall, Renaissance Cafe dan Rambadia Performance... NYC, the real melting pot.

Ada saatnya, hidupku berwarna, dan 12 hari kemarin adalah salah satu sequence paling berwarna buatku...

Ohayou Gozaimasu Tokyo!

Business Center, ANA Hotel Tokyo. (Internetnya mahal banget, 500 yen per 15 minutes! haouuu...)
Ohayou Gozaimasu, Tokyo!!!
Alhamdulillah, sudah sampai di Tokyo dengan selamat. :)
Today Tokyo is very warm, amazingly, while I anticipated myself for the chilling air. Autumn is supposed to be colorful, but today all leaves are still green :)
Ngga ada acara berarti hari ini selain kenalan dan jalan-jalan...sebelum mulai ketemu jadwal padat buat besok...
Blogger lagi ga bisa upload foto..haou..yawdah, menyusul yaa..:)

Big in Japan

Tiga tahun yang lalu aku berdiri di tempat ini, foto sundeck kapal Nippon Maru, lantai 8.

Tahun ini, aku ngga perlu mabuk laut lagi... hihihi...IYEO menyiapkan tiket JAL buatku berangkat ke sana tanggal 4 Oktober ini. :)

Jepang adalah negara asing pertama yang kudatangi, tepat 10 tahun yang lalu. :) Itu pengalaman pertamaku naik pesawat, masuk ke cockpit, pengalaman pertama ke luar negeri, pengalaman pertama ngobrol pakai bahasa inggris dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman pertama mimpi pakai bahasa inggris, ikut international workshop, homestay... bengong melihat tingginya gedung-gedung di Tokyo, lalu merasakan sedihnya mengejar kereta tiap hari saat di Saitama, dan challenge walking di Yamanashi....lengkap dengan mandi furo di public bathroom..huiii...eroiiii...

Tiga tahun lalu aku kembali lagi. Berlabuh di Yokohama, tinggal di Tokyo lalu terbang ke Tokushima. Jadi moderator di sebuah forum besar, merasakan serunya kabur malam-malam buat hmmm... jalan-jalan sama (mantan) yayang. Ups. :">

Makanya setiap kembali ke sana, ada rasa trenyuh, senang, terharu... ingat saat belum bisa pakai seatbelt di kursi pesawat, saat masih bingung gimana cara mengisi disembarkation card atau gimana caranya ambil bagasi... :">

Anehnya, tiga kali ini aku selalu datang saat musim gugur, dan selalu dalam waktu ngga lebih dari dua minggu. Jadi jangan tanya, kaya apa jepang di musim semi ya...

Rasanya, Jepang adalah bagian penting langkah dan loncatanku ke harapan-harapan yang lebih besar. Kumulai 10 tahun yang lalu... dan waktu itu aku melihat ke halaman-halaman pasporku. Aku bertanya, "bisa nggak ya, suatu hari nanti pasporku ini penuh dengan visa?" Bukan cuma buat jalan-jalan, tapi buat belajar lebih banyak, melihat jendela yang lebih lebar, membuka mata, menjalani pengalaman...Alhamdulillaah... dalam 10 tahun ini banyak anugerah indah dari gusti Allah...

Aku kembali lagi, menjenguk jalan-jalan yang kulewati dengan takjub 10 tahun lalu. I grow up, Japan, and I know that I will still be back!