Pulang! (Part 01, Packing Heboh)

Akhirnya, setelah hampir 18 bulan di Aceh, aku pulang ke Semarang.
Buatku pulang, mampir dan mudik itu beda lho. Meski di Aceh, sebetulnya dalam 18 bulan ini aku sempat juga 5 kali mampir ke Semarang dan satu kali mudik. Tapi baru kali ini aku pulang. Bingung ngga? hehehe...

Aku "mampir" ke Semarang saat ada tugas ke Jakarta, atau pas kebetulan sempat "nyelip" di sela-sela liburan seperti saat aku nonton Java Jazz bulan Maret lalu. Namanya juga mampir, aku paling lama tinggal di Semarang 3 hari, dengan barang bawaan seadanya, plus (kalo sempat beli) sedikit oleh-oleh. Aku "mudik" 10 hari saat lebaran. Barang bawaannya lumayan banyak, tapi tetap kalah banyak dengan barang bawaan saat "pulang". Pokoknya total biaya pengiriman barang via kantor pos sampai 1,8 juta lebih sedikit dan biaya over-luggage Garuda 900 ribu lebih.

Ngga kebayang bakal begini, padahal aku sudah merelakan spring bed, rak buku dan lemariku tertinggal di Aceh. Waktu packing yang dibutuhkan total hampir seminggu, dengan hasil 2 kopor buesarrr, 2 kopor kecil, 2 kardus besar dan satu box kayu berisi kulkas. Repotnya? Jangan tanya... Aku sampai heran, kok bisa ya, kamar kosku yang mungil itu menampung semua barang ini? :D


Komentar Bbz-kyu saat menjemput aku pagi-pagi sebelum ke airport mencerminkan hebohnya pindahanku; "are you sure you've packed out and sent your things before?" ... mengingat saat dia datang, barang-barangku masih berserakan di mana-mana. :D

Yang jelas, ada beberapa pelajaran yang bisa kubagi buat teman-teman yang berencana "back for good" (istilah teman-teman di Aceh nih...):

  1. Mulai packing paling tidak 2 minggu sebelum keberangkatan.
  2. Pilih barang-barang yang benar-benar perlu untuk dibawa, terutama barang-barang yang paling kita sayangi. (Sampai-sampai aku bawa 2 kuntum kamboja pink kering yang dikasih si Habibi pada suatu pagi... :">). Bila perlu, buat daftar inventory secermat mungkin.
  3. Kirim barang-barang yang cukup berat (yang bikin berat kardus dan koperku kebanyakan buku-buku kesayangan) via courier service atau layanan paket pos. Thanks to Pak Suhendra dan Bang Alfi, yang sudah berbagi info tentang layanan paket pos. Di perusahaan courier service langgananku pelayanannya memang bagus, tapi harganya 4 kali lipat. Bayangin aja, seandainya aku kirim via perusahaan itu, biayanya lebih dari 6 juta!
  4. Meski paket pos mengepak barang-barang kita dengan sangat baik, ngga ada salahnya untuk tetap mengepak dengan baik dari rumah. Koper-koper yang lama tidak terpakai karena handle-nya rusak bisa menjadi kotak kemasan buku yang baik dan kuat.
  5. Kirim barang-barang itu paling tidak 3 hari sebelum tanggal kepulangan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kita akan menemui barang-barang itu saat sampai di rumah.
  6. Hindari mengirim baju atau barang yang sangaaaattt kita sukai, yang ngga mungkin kita dapatkan lagi, via pos atau kurir. Sebaik apapun layanan mereka, selalu saja ada kemungkinan kerusakan atau kehilangan. Meski barang yang kita kirim diasuransikan, pasti sedih banget rasanya kalau sampai ada gaun kesayangan kita yang hilang.
  7. Periksa ulang, apa lagi yang bisa dikirim. Timbang dengan teliti barang-barang yang rencananya akan kita bawa saat kita terbang... jangan sampai kejadian seperti akyu... perasaan sih yang dibawa ngga banyak... tapi ternyata over luggage sampai 30 kilo! :D (parah bangetss...hehehe...). Walhasil, di pagi itu aku "gedandapan" cari ATM di Bandara Sultan Iskandar Muda. Secara, bandaranya masih baru, ATM-nya juga belum berfungsi... malahan, mesinya masih dibungkus plastik! hehehe... Untung masih bisa gesek di counter GA. Fiuhh...
Akhirnya, setelah semua kehebohan itu... ternyata masih ada dua barang berharga ketinggalan di kamar! Tas strap Comme-Ca ism hadiah dari adek ipar dan sabuk putih kesukaanku ternyata masih tergantung di kapstok kamar kos-ku di Banda... dan aku baru teringat saat memandang kapstok di kamarku di Semarang! Whaduuuhhhh....

Di saat seperti ini, yang bisa jadi penyelamat adalah teman satu kos yang baik hati. :D Aku telpon Uni Lany, yang langsung bajanji mengirim barang keramat itu ke Semarang. Makasih, Uni! :-*

Yak, ini baru cerita soal packing. Masih ada cerita lainnya tentang "pulang"...

Semoga kehebohan ini ngga perlu terjadi lagi saat aku pulang dari bumi Paman Sam tahun 2010 nanti. At least, sekarang aku sudah banyak belajar. :)

*Special thanks to: Jiji, Uni Lany, Pak Suhendra, Pak Basri, Bang Alfi, Bang Mursal, dan Pak Marsoni: Branch Manager LogistcsPos PT. Pos Indonesia Banda Aceh. Without you, moving my luggages out of Aceh will be impossible!