Shop but Not 'til You Drop

Apa kegiatan utama minggu lalu?
SHOPPING!
Kedengarannya ngga gue banget ya?
Tapi tunggu dulu... ini bukan sembarang shopping. Ini tentang belanja yang bijak di Paris dan sekitarnya.

Seperti di tempat lain di seluruh dunia, ada tempat belanja yang murah, ada juga yang mahal. Kali ini kita bicara tempat belanja yang murah-murah aja ya?
Setelah sepanjang hari Rabu aku dan Jeff berburu sepatu di kawasan St. Michel Paris, dilanjutkan dengan Kamis belanja di fashion outlet yang up to date tapi murah, La Halle, dan di hari Sabtu mama Jeff membelikan 2 gaun cantik buatku di bursa amal, kemarin aku diajak ke Gournay, salah satu daerah suburban Paris, dimana ada "pasar tiban" di jalan.

Hanya penduduk kota itu yang diberi izin untuk berjualan. Setidaknya ada 3 ruas jalan yang ditutup bagi kendaraan, khusus untuk menjadi pasar tempat orang-orang berjualan semua barang bekas yang masih bagus kualitasnya dengan harga yang benar-benar murah.

Meski pasar itu dibuka dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore, suasananya mirip pasar malam, lengkap dengan musik dan jajanan macam arum manis, yang di Perancis bernama "Barbe à Papa" atau "janggutnya papa", "pomme d'amour", alias apel yang dicelup di karamel, crépes dan wafel hangat. Udara hangat musim semi dan bunga-bunga tulip yang mulai mekar di sepanjang jalan juga bikin suasana belanja makin menyenangkan.

Buat pecinta musik dan kolektor piringan hitam, hati-hati. Kalian bisa betah banget di sini. Di pasar ini kita bisa menemukan piringan hitam original dari era 50-an sampai jamannya Rolling Stones dengan harga tidak lebih dari 5 euro. Banyak juga buku bekas yang masih bagus, yang dijual dengan harga murah: 1 euro untuk 4 buku! Aku beli buku tentang Hutan Borneo, Le Guide du Routard Indonésie dan buku yang ditulis papa-mamanya temanku, Mr.&Mme. des Pallières, "Quatre Enfants at Un Reve", plus satu buku detektif yang dipilih mamanya Jeff. Semuanya masih bagus. Hm, kalau saja aku sudah bisa mengerti lebih banyak bahasa perancis, aku pasti sudah beli lebih banyak buku.

Aku dan Mag, adik Jeff juga bekerja sama buat memilih anting cantik yang dibandrol di harga 5 euro untuk 3 pasang. Ada juga pedagang yang berjualan barang antik peninggalan kakek-neneknya. Khusus buat barang antik, di pagi hari para pemilik galeri juga ikut berburu di sini.

Saat barang-barang itu baru dikeluarkan dari mobil, para ahli barang antik itu mulai bergerilya memeriksa kualitasnya dengan scanner khusus yang bisa mendeteksi umur suatu barang. Barang antik itu pun berpindah tangan dengan cepat, dengan harga yang cukup tinggi.

Menjelang jam 6 sore para pedagang dadakan itu mulai mengemas barang-barangnya. Ada yang mengemasnya kembali ke dalam mobil untuk kemudian membawa barang yang ngga laku kembali ke rumah, tapi ada juga yang malas dan memilih meninggalkan barang-barang itu di jalan. Seorang pedagang malah memberikan toaster bekas yang masih bagus begitu saja saat kami lewat...

Selain bursa barang bekas seperti ini ada juga pasar murah a la Simpanglima Semarang yang digelar di beberapa ruas jalan di Paris dan sekitarnya. Produk yang dijual bermacam-macam, mulai dari sayur dan buah sampai baju dan sepatu. Di dekat tempat tinggalku sekarang, pasar ini buka tiap Rabu dan Jumat di Rue du Luzard, sedangkan di dekat apartemen tempat tinggalku dulu (di tahun 2004), pasar itu buka tiap Senin dan Kamis di dekat Porte Clignacourt.
Tapi, kalau belanja murah meriah bukan bagian dari gaya kalian, silakan saja berjalan di sepanjang St. Germain des Prés, Champs Elysées Paris atau sekitar Hotel de Ville untuk memilih barang-barang berkualitas tinggi seharga ratusan sampai ribuan euro dari butik-butik kelas dunia...

Setidaknya, window shopping di kawasan ini saja sudah cukup memuaskan mata dan perasaan. Really stylish. Dijamin puas deh... ;-)