Perpustakaan yang Tidak Sepi

Pabrik Coklat Menier
Jam 4 sore, hari Sabtu.
Apa yang biasanya kulakukan setelah belanja?
Pulang. Membuka tas belanjaan dan menatanya di kulkas.
Tapi tidak hari ini.

Di sebelah Super U, sebuah supermarket di Noisiel, ada bangunan berdinding bata merah yang dibangun sekitar tahun 1800-an. Namanya "Ferme du Buisson". Dulunya ini adalah sebuah "ferme", alias "farm", alias "tanah pertanian" yang dibangun oleh Menier, pemilik pabrik coklat pertama di dunia.

Saat aku melangkah masuk ke kompleks Ferme du Buisson, aku masih melihat struktur bangunan asli yang berdinding tinggi dan disekat-sekat seperti layaknya sebuah tanah pertanian. Ada bekas kandang kuda, tempat penyimpanan gandum, sampai bekas pemerahan susu sapi. Yang berbeda adalah, di dalam bangunan itu tidak ada lagi aktifitas pertanian. Yang ada adalah aktifitas kebudayaan.

Gudang penyimpanan gandum telah berubah jadi sebuah "Mediatheque", dan di belakang, di dekat bekas kandang kuda ada gedung teater yang memutar film-film kebudayaan sekaligus menyediakan panggung buat aktifitas kebudayaan masyarakat di sekitarnya.

Bicara soal "Mediatheque", sebenarnya ini adalah transformasi dari "Bibliotheque". Mungkin dalam bahasa Indonesia kita akan sama-sama menyebutnya "perpustakaan". Dalam bahasa Perancis "bibliotheque" mengacu pada perpustakaan yang berisi buku, sedangkan "mediatheque" mengacu pada perpustakaan multimedia. Lantai satu bangunan ini berisi buku-buku dan CD yang bisa dipinjam dan dibawa pulang, sedangkan lantai dua berisi buku-buku referensi. Semua terbuka lebar, tanpa sekat, dan keterangan nama pengarang di rak-rak buku tertera jelas, memudahkan kita mencari buku yang kita inginkan.

Saat aku masuk ke dalamnya, aku cukup kaget melihat banyaknya orang yang melewatkan akhir pekan di perpustakaan. Ini adalah perpustakaan yang tidak sepi. Di salah satu sudut ada seminar tentang asal muasal cokelat, lengkap dengan alat peraga pembuatan minuman coklat dari suku Maya. Di sudut yang lain ada beberapa meja bundar dengan design minimalis, dengan orang-orang yang menikmati bacaannya dan sesekali bicara dengan teman-teman di sekitarnya.

Aku menyusuri rak-rak buku. Mulai dari majalah design, buku sastra sampai sains ada di situ. JK Rowling bersanding dengan Salman Rushdie di rak untuk kategori "R". Buku-buku berbahasa Inggris, Jerman, bahkan Rusia juga ada. Pluralistik sekali...

Samar terdengar suara anak-anak. Ternyata semakin kita masuk ke dalam, ada sudut khusus untuk anak-anak, dimana buku-buku ditata di rak-rak kecil atau di kotak kayu warna-warni, di atas karpet merah. Ada meja kursi kecil seperti di ruang kelas, dan beberapa orang tua terlihat sibuk membacakan cerita dan menujukkan gambar-gambar untuk anaknya. Ada juga panggung kecil tempat sesekali diadakannya acara pembacaan cerita dan dongeng buat anak-anak. Mereka kelihatan gembira, berlarian dari satu kotak ke kotak lain, memilih buku-bukunya dan menarik-narik tangan orangtuanya. Aku tak melihat wajah sedih di sana.

Semua kelihatan menikmati sore itu. Aku juga. Ini bukan perpustakaan yang memasang larangan bicara. Ini tempat kita menikmati buku-buku dan menjelajah alam pikiran kita. Ini tempat dimana kita bisa menemukan apa yang kita inginkan, menikmati bacaaan, dan mengajari anak-anak untuk mencintai perpustakaan. Tak adatanda larangan mencorat-coret buku, tak ada larangan memakai jaket atau membawa tas ke dalam perpustakaan.

Setiap anggota bisa meminjam 6 buku dan majalah sekaligus untuk dibawa pulang. Banyak kan? Semua cepat dan efisien, dengan bantuan scanner dan komputer, para librarian bisa tersenyum dan bicara pada para peminjam buku.

Bahkan kemarin ada tawaran khusus dari asosiasi perpustakaan perancis. Berdasarkan survey di semua perpustakaan, ditemukan bahwa buku-buku puisi tidak banyak diminati. Untuk itu, setumpuk buku puisi diletakkan di meja registrasi. Semua peminjam ditawari 2 ekstra buku puisi untuk dibawa pulang...
Tak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak.

Aku selalu ingin membangun perpustakaan yang tak pernah sepi. Setidaknya, di sini aku menemukan gambaran tempat impianku. Semoga suatu hari nanti aku bisa juga menciptakannya di bumi kelahiranku...